Kamis, 31 Maret 2011

Hasanusi dan Program Seribu Gerbang


 
Agus Wahyuni
Borneo Tribune,Sambas

Orangnya sederhana. Berasal dari keluarga petani biasa. Begitu juga dengan adik kakaknya, sebelas bersaudara. Dua yang bukan petani. Dia salah satunya, Hasanusi namanya. Sekarang menjabat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sambas, juga calon Bupati Sambas 2011. 

Desa Perapakan, Kecamatan Pemangkat. Sebuah daerah yang memiliki hamparan luas pertanian. Disitu Hasanusi kecil dibesarkan oleh orangtuanya, Badran H Nuris dan Zainab. Ayahnya adalah seorang petani selalu menanamkan nilai- nilai Islami. Ia tokoh agama di kampung. Masyarakat  Sambas menyebutnya Labay.

Dalam mendidik anak, ayahnya memang terbilang keras dan fanatik dengan agama. Sampai ketika itu masuknya pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah. Ayahnya melarang  anaknya belajar bahasa asing. “Lebih baik belajar bahasa arab daripada belajar bahasa asing,” begitu pesan ayahnya.

Tapi, diam- diam, Hasanusi tetap belajar. Ia menganggap, bahasa memiliki kekuatan. Bahasa ibarat mata pedang. Ia dapat membunuh, juga dapat memuliakan pemakainya. Tak heran, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW, Sayidina Ali RA pernah berkata, ”Bila kamu tidak ingin terpedaya suatu kaum, kuasailah bahasanya.”

Hasanusi kecil sekolah di SD Perapakan Pemangkat  dan SMP 1 Pemangkat. Ia biasa kerja keras, biasa membantu ayahnya di sawah selepas sekolah. Malamnya ia selalu belajar agama bersama ayahnya. Mengaji dan sembahyang.

Selama menempuh pendidikan, ia termasuk siswa beruntung. Selalu mendapat beasiswa prestasi karena Hasanusi siswa yang pintar di sekolahnya. Selepas SMA 1 Pemangkat, tahun 1977 dia masuk Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak . Hasanusi mengambil jurusan Teknik Sipil. Dia memang suka pelajaran hitung- hitungan, karena sejak di bangku sekolah nilai matematika dan fisika selalu bagus.

Pada 1981 ia mendapat gelar Insinyur Teknik. Ketika itu ia mulai coba –coba melamar sebuah pekerjaan melalui informasi lowongan kerja di media Kompas dan mendapat kesempatan bekerja di Bank Dunia sebagai konsultan jalan.

Habis masa kontrak kerja, ia juga mendapat kesempatan bekerja menjadi pegawai negeri di Kantor Gubernur 1989. Jabatannya sebagai kepada Biro Pembangunan Daerah. Pada jaman orde lama, jabatan itu sangat strategis. Banyak kepala daerah awal karirnya bermula dari sana. Sebut saja, Bupati Mempawah kala itu, Agus Salim, Henri Usman, hingga Bupati Sambas, Jauhari.

Tapi Hasanui belum berkesempatan menjadi kepala daerah. Tapi justru ayahnya minta ia Hasanusi segera pindah tugas. Ayahnya sakit keras. Ia memutuskan pindah tugas. Pada 1999, berkarir sebagai kepala bidang perencanaan Bappeda Sambas.

Maut berkata lain. Ternyata itu terakhir kali kebersamaan Hasanusi bersama ayahnya. Sosok panutan yang menanamkan nilai- nilai agama setiap kali ia melangkah. Ayahnya almarhum. Tak lama berselang, zainab, ibunya juga menyusul. Meninggal pada saat melaangsungkan ibadah haji di tanah suci.

Sejak itu, karir Hasanusi meluncur bagai busur panah. Ia langsung mendapat promosi jabatan kepala Dinas Pekerjaan Umum Sambas hingga Kepala Bappeda Sambas pada 27 Desember 2005.

Dari sederet karirnya, ia selalu dipercaya menangani bidang pembangunan. Sebuah amanah tugas yang tidak pernah bayangkan selama masa pendidikan.  Tak salah banyak yang menilai ia paham betul bagiamana membangun Sambas ke depan. Intinya berangkat dari kebijakan seorang pemimpin yang membangun ekonomi umat.

Apalagi Sambas merupakan daerah perbatasan langsung dengan Malaysia. Juga memiliki mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian. Namun, realitasnya, petani hanya bertumpu pada satu sumber mata pencaharian. Misalnya petani padi, untuk membeli sembako, dan keperluan rumah tangga lainnya bersumber dari hasil padi yang terbatas. Yang terjadi, kebutuhan petani selalu kekurangan karena tidak seimbang pendapatan dengan pengeluaran.

Dari situ dirinya merasa terpanggil. Bagaimana membangun ekonomi umat.Menjalankan program mulai dari hal terkecil sampai menghasilkan usaha yang besar. Ia yakin, rakyat Sambas sudah bangun, tinggal bagaimana cara membangkitkan lagi semangat usaha rakyat.

Sehingga ia memilih motto SAMBAS BERSAING, artinya,  Bangkit, Ekonomi Kerakyatan yang Merakyat, Religius, Sumber Daya Manusia, Amanah dan Ahlakulkarimah, Infrtastruktur, Nasionalis, dan Good Governanc.

Salah satu program barangkali kedengarannya kecil. keuntungannhya besa untuk membangun ekonomi umat, yakni program sejuta itik. Dengan memberikan bantuan 50 -100 ekor itik kepada petani, nelayan dan lainnya. Bisa dihitung, satu itik menghasilkan satu telur. Harga jual dipasaran kisaran Rp 1.500- 2.000. Jadi tinggal dikalikan, 50 butir telur dari 50 ekor itik, bisa diperoleh penghasilan Rp 50.000-100.000 per hari.

“ Sudah cukup membantu memenuhi kebutuhan keluarga selain penghasilan sumber lainya, ‘ kata Hasanusi.

Begitu juga dengan zakat, Sambas memiliki potensi mengumpulkan dana zakat masyarakat bagi umat Islam di Sambas mencapai 400 ribu jiwa. Satu orang saja diwajibkan berzakat Rp 1.000, per bulan jika dikalikan  Rp 400 ribu hasilnya bisa mencapai p 400 juta per bulan.

Tapi sayang, potensi itu belum digarap maksimal, karena umat Islam Sambas masih terpecah belah. Dan lembaga yang menangani zakat belum memiliki brand di mata masyarakat.

Di bidang infrastruktur.  Ia memiliki program membangun Kawasan Strategi Cepat Tumbuh (KSCT) di seluruh kecamatan, kecuali kawasan perbatasan. Fungsi pembangunan KSCT nantinya adalah untuk mempercepat pembangunan kawasan perdesaan di tiap kecamatan. Misalnya akan ada pembangunan pusat jajanan, pasar, terminal, dan bank.


Salah satu daerah yang akan dilirik, yakni  Desa Seranggam, Kecamatan Selakau Timur. Sempadian, Tekarang. Sui Toman, Salatiga. Dan Tangaran. Sementara daerah perbatasan tidak masuk dalam KSCT, karena daerah perbatasan nantinya akan lebih maju dan berkembang dengan sendirinya.

KSCT juga ada kawasan hiburan rakyat, dimana kawasan yang ditunjuk akan disediakan hiburan band lokal untuk menghibur masyarakat sekitar, misalnya setiap minggunya. Nah, dari situ perputaran uang rakyat di lokasi hiburan rakyat akan tumbuh dimana banyak warga memanfaatkan berkumpulnya orang untuk berdagang.

Dalam membuat program, Pemerintah Kabupaten tidak boleh bergeser dari Rancangan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rancangan Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), seperti peningkatan bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.

Hal terpenting adalah pengaruh media masa. Baginya media adalah corong pemerintahan. Pemerintah Daerah tidak bisa hanya memilih satu media. Tapi harus semua media.
Fungsinya, ketika ada pemberitaan yang memojokkan, ada hak jawab dari  Pemerinta Daerah, sehingga penyajian berita imbang, tidak berat sebelah.

Sebenarnya masih banyak program Hasanusi yang belum tersirat dipermukaan. Sebut saja program “Grbang  Masa Depan ” artinya Gerakan Pembangunan Masyarakat Daerah Pantai.
Ada lagi,’’Gerbang Mas Perkasa,” artinya Gerakan Pembangunan Rakyat Sejahtera Sambas. dan masih banyak gerbang lainnya.

Diluar kesibukan Hasanusi, waktu yang beharga adalah bersama keluarga. Ia dianugerahi seorang istri, Dra Hj Faujiah, sekarang bekerja sebagai kepala sekolah SDN 17 Pontianak Kota. Dan ketiga anaknya, Hatin Nur Athoriq, sekarang kuliah di Universitas Pendidikan  Indonesia, jurusan Kimia. Abdurrahman Muhazib Athoriq, masih duduk di bangku SMAN1 Pontianak. Dan yang bungsu,  Hijrahtul Asri Saumi Athoriq, masih duduk di bangku SD, kelas VI.
  

0 komentar:

Posting Komentar