Kamis, 31 Maret 2011

LEBARAN KALI INI


C E R P E N : Uniek Anandapraya                                                                               
Andre memelototi isi surat yang barusan diterimanya.Perasaannya berkecamuk,dadanya deg-degan.Dita,cewek yang selama ini mengusiknya lewat sms dan pucuk-pucuk surat akan berkunjung beneran.”An,kamu gak keberatan kalo aku numpang lewat di kotamu.Sebulan lalu Oom ku atau adik mama yang seorang Adhiyaksa di tugaskan ke kota Singkawang.Aku pengen kamu jemput dan temani aku ke Pasir Panjang,Pantai Kijing dan tempat-tempat indah seperti yang kamu tulis di surat.
“Kalo kamu siap,minggu depan aku datang dengan kapal cepat.Jemput aku di pelabuhan.Tapi gimana ya kita kan belum saling lihat tampang.Pokoknya atur sendiri aja,Salam.”
 Andre  melipat surat itu dengan perasaan beribu makna.Lalu secara reflek berjingkrak tanpa memperdulikan tatapan adiknya,Melly yang terheran-heran.
“Lu ngapain An,kayak penghuni rumah sakit Sungai Bangkong?”
Ala lo urusin Elang mu aja,kan besok malam kamu dah janjian nonton “Ayat-Ayat Cinta” di Mega
Mall?
Andre mengalihkan investigasi Melly,takut rahasianya terbongkar.Andre belum tahu tampang Dita kayak apa.Padahal papa dan mamanya makin sebel karena semua teman-teman ceweknya gak ada yang spesial.
Andre mengenal Dita di salah satu tabloid ibukota.Di majalah itu dimuat identitas Dita di halaman sahabat pena.Tanggal kelahiran Dita sama dengan tanggal kelahirannya.Sayang tidak ada photonya.Entah disengaja atau memang Dita tidak mau pamer tampang?Andre iseng-iseng mengontak lewat pucuk-pucuk surat.Lalu berlanjut ke tukar menukar nomor HP.
Andre Dn Dita menjadi sepasang sahabat yang unik.Mereka mengisi obrolan yang serius dan kocak.Tapi mereka tak pernah saling mengenal tampang.Mereka bagai fatamorgana yang penuh teka teki.Andre masih ingat bulan kemarin Dita mempermaknya dengan lelucon yang takkan terlupakan.Andre menerima sebuah paket mungil berisi sebuah kado dari pak pos.Perasaan Andre berbunga-bunga.Terlebih kadonya dibungkus indah berwarna pink kesukaannya.Di sampul dengan jelas tertulis dari Dita Untuk Andre.Buru-buru Andre membuka kado itu dalam kamar. Ketika bungkus pertama di buka,masih ada bungkus lain dengan aneka warna.”Apa isinya?Lelucon apa yang dibuat Dita?”Ketika tiba pada bungkus terakhir,detak jantung Andre makin berdebar.Ada benda keras menggelinding di dalam.Dan ….. astaga,sepasang cairan penghapus merk “Stipo” muncul di hadapan Andre.Di kartu yang di lukis indah tertera tulisan “untuk menghapus kesalahan dan kekeliruan di hari kemarin yang tak berguna.Dan memperbaikinya di masa datang.Mat ultah dan salam.Dari Dita Arini.”                                    
                                                           ****
Sekarang Dita akan menemuinya. Andre makin berbunga. Rasa senang dan was-was menghantuinya. Membayangkan pertemuan yang penuh tanda tanya. Bagaimana tampangnya?Bagaimana reaksinya Lalu Andre teringat kado yang diterima dari Dita.
“Aku harus membalas kekonyolannya.Budak Pontianak pantang di remehkan.Itu gengsi,”bisiknya dalam hati.Tiba-tiba ponselnya berdering.”Hallo,ini Andre.”Suara dari seberang sana begitu merdu dan sangat dikenalnya.Ada perasaan rindu berkecamuk di benaknya kalau mereka tidak ber-ha-ha,hi-hi melalui hp.Ada rasa kehilangan sesuatu kalau Dita tidak mengontaknya.”Kamu Dita?”Andre tak sabar.
“An,lusa aku jadi berangkat.Tapi gimana nih,kita belum saling lihat tampang.Tebak kira-kira kayak apa aku?”
Dari suaramu,kira-kira kayak presenter Yuanita Christiani.
“Salah, itu terlalu berlebihan.”
“Gini aja Dit,Kamis lusa aku tunggu kamu di pelabuhan Dwikora.Turun dari kapal langsung cari di ruang tunggu penumpang.Cari orang yang pegang Koran “Borneo Tribune”,itulah aku.
“Gimana kalo banyak yang pegang Koran seperti itu?”
“Ini hasil survey,biasanya Koran Borneo Tribune dibaca orang kantoran.”
“Itu aja An”
“Ya, sampai jumpa di bumi Khatulistiwa,Dit.”
Andre mematikan hp nya dengan wajah ceria.Keceriaannya terbawa sampai ke dalam kamar.Andre tertawa sendiri mengingat rencana konyolnya nanti.Seisi rumah tak ada yang tahu rencana besarnya.Baik papa,mama dan Melly adiknya semata wayang.
                                                                ***
Pagi begitu cerah.Di jalan sudah ramai orang yang berlebaran ke rumah kerabatnya.Aroma Idul Fitri masih terasa,meski tidak ada gema takbir dan taluan beduk. Hanya sesekali suara dentuman meriam karbit memecah kesunyian.Andre memilih busana terbaik. Rambutnya dibiarkan terurai kayak Tom Cruse.Andre bergegas menstater Honda Revo kesayangannya,lalu di larikan kearah pelabuhan.Di sebuah kios kecil Andre membekali diri dengan Koran Borneo Tribune.
Di ruang tunggu penumpang Andre membolak-balik Koran.Tapi berita-berita hangat tak masuk di otaknya.Pikirannya masih penuh tanda tanya,memikirkan drama pertemuannya dengan Dita.Cewek yang dikenal lewat pucuk-pucuk surat dan hp.Dita telah menyita pikirannya.Suara merdu lewat hp atau kekonyolannya dalam pucuk-pucuk surat membuatnya lebih penasaran untuk mengenal siapa Dita.                                                               
Jantung Andre berdetak makin kencang manakala di kejauhan tampak benda seperti kapal selam melesat menuju pelabuhan.
Penjemput mulai sibuk menyiapkan penjemputan.Andre melirik seorang lelaki tua berambut putih di sampingnya.”Inilah saatnya,”gumamnya.Koran diberikan kepada orang tua itu.Andre lalu menjauh ke tempat tersembunyi.Sementara di bibir dermaga para penjemput sibuk mencari sanak keluarganya.Andre menyimak satu persatu penumpang dari balik pesembunyiannya.Beberapa saat kemudian muncul sosok seorang gadis menenteng tas kecil.Bak seorang detekrif Andre memelototi gadis itu.Tubuh tinggi semampai,dibalut celana jean dan blous ketat.Potongan rambutnya pendek sebahu,mirip milik Penelope Cruz.
Gadis itu seperti gelisah mencari sesuatu.Langkahnya berhenti di depan orang tua yang sedang asyik membaca Koran Borneo Tribune.
Tiba-tiba wajahnya cemberut ketika melihat tampang orang tua yang sedang membaca Borneo Tribune.Lalu seperti berlari menuju pintu keluar.
Andre mengejarnya.
“Dita”
Gadis itu berhenti dan menatap tajam seorang cowok di belakangnya.
“Kamu Andre?”
Andre mengangguk sembari menyodorkan tangan.
Mereka saling menatap dalam diam.Lalu tawa mereka pecah.”Skore satu-satu ya Dit?” Andre memecah kebisuan.”Maafkan aku Dit.Aku hanya ingin membalas kiriman kadonya.“
“An, kamu tega membuatku stress di daerah yang serba asing ini?”
Dita tidak jadi menumpahkan kesesalannya .Dia sadar karena pernah mempermainkan Andre. Diperhatikan tampang cowok di hadapannya. Tinggi atletis dan penuh humor. ”Inilah yang kucari”,bisiknya dalam hati. Terbayang raut adik semata wayangnya,Lia. Tiap malam Minggu seakan mengejeknya bersama doi. Yang paling menyiksa pikiran adalah kekhawatiran mama. Sebab sudah semester lima, tapi masih menjomblo.
“Kamu melamun?”
“Eh….. nggak”.Dita gelagapan dengan pertanyaan Andre yang begitu tiba-tiba.
“Aku……aku ingat Oomku.Jauhkah dari sini?”
“masih tiga jam perjalanan.Yuk ke rumahku dulu.Nikmati hidangan lebaran.Sekalian berkenalan dengan papa dan mama.
“Sebagai apa?”
“Iya sekalianlah.Sebagai teman,atau calon mantu.”
Ucapan Andre terakhir menyebabkan wajah Dita memerah.Tangan di kepal memburu pundak Andre.Tapi dengan sigap Andre menangkapnya.Dita tidak menarik tangannya.Andre makin erat meremasnya.Mereka saling bertatapan, makin dekat….. lalu…duarrrrrr!Suara dentuman meriam Karbit  memecah keheningan.Andre dan Dita terlonjak kaget.Mereka baru sadar di mana mereka berada.Hanya mereka berdua masih di situ.Di sekeliling hanya tinggal bangku kosong dengan sisa-sisa sampah.
Andre menuntun Dita keluar pelabuhan.Menstater sepeda motor lalu memacunya membelah kota.
Bagi Andre,lebaran kali ini tak hanya menguak teka teki yang panjang tentang sosok Dita.Tapi sekaligus telah mengukir benih-benih cinta yang fitri.
                                             Nipah Kuning,  Desember 2009


0 komentar:

Posting Komentar